Beranda | Artikel
Kisah Ashabul Jannah
Senin, 7 November 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Kisah Ashabul Jannah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Furqan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 12 Rabi’ul Akhir 1444 H / 07 November 2022 M.

Kisah Ashabul Jannah

Pada kesempatan yang mulia ini kita akan membaca kisah Ashabul Jannah. Kisah Ashabul Jannah ini ada dalam surah Al-Qalam dari ayat yang ke-17 sampai ayat yang ke-30. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ

“Sungguh Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik hasilnya pada pagi hari,” (QS. Al-Qalam[68]: 17)

وَلَا يَسْتَثْنُونَ

“tetapi mereka tidak mengecualikan (dengan mengucapkan InsyaAllah).” (QS. Al-Qalam[68]: 18)

فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّن رَّبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ

“Lalu kebun itu ditimpa bencana yang datang dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur,” (QS. Al-Qalam[68]: 19)

فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ

“maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.” (QS. Al-Qalam[68]: 20)

فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ

“Lalu pada pagi hari mereka saling memanggil,” (QS. Al-Qalam[68]: 21)

أَنِ اغْدُوا عَلَىٰ حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ

“Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik hasilnya.” (QS. Al-Qalam[68]: 22)

فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ

“Maka mereka pun berangkat sambil berbisik-bisik.” (QS. Al-Qalam[68]: 23)

أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ

“Pada hari ini janganlah sampai ada orang miskin yang masuk ke dalam kebunmu.” (QS. Al-Qalam[68]: 24)

وَغَدَوْا عَلَىٰ حَرْدٍ قَادِرِينَ

“Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu menolongnya.” (QS. Al-Qalam[68]: 25)

فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ

“Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata: ‘Sungguh kita ini benar-benar orang-orang yang sesat,`” (QS. Al-Qalam[68]: 26)

بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ

“Bahkan kita tidak memperoleh apapun.” (QS. Al-Qalam[68]: 27)

قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ

“Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka: ‘Bukankah aku telah mengatakan kepadamu mengapa kamu tidak bertasbih kepada Rabbmu?`” (QS. Al-Qalam[68]: 28)

قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ

“Maka mereka pun berkata: ‘Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dzalim.`” (QS. Al-Qalam[68]: 29)

فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَلَاوَمُونَ

Lalu mereka saling berhadapan dan saling menyalahkan.” (QS. Al-Qalam[68]: 30)

قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ

“Mereka berkata: ‘Celakalah kita; sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas.`” (QS. Al-Qalam[68]: 31)

عَسَىٰ رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا رَاغِبُونَ

“Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini; sungguh kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.” (QS. Al-Qalam[68]: 32)

كَذَٰلِكَ الْعَذَابُ ۖ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Demikianlah adzab (di dunia). Dan sesungguhnya adzab di akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.” (QS. Al-Qalam[68]: 33)

Hampir tidak sepi, ada di setiap tempat dan setiap masa yang seperti ini. Ini adalah kejadian yang berulang setiap hari. Ini merupakan kisah tentang ketamakan terhadap dunia dan hiasannya yang fana, dan tentang orang-orang yang tidak perhatian kepada fakir dan miskin. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ada hak dari harta mereka.

Adapun pembicaraan yang akan kita bahas di pertemuan di hari ini ada tiga unsur, yaitu:

  1. Ujian itu adalah sunnatullah pada makhlukNya.
  2. Demikianlah kebakhilan berbuat kepada orang yang bakhil.
  3. Adzab akhirat lebih besar daripada adzab dunia.

Ujian adalah Sunnatullah pada makhlukNya

Perlu diketahui bahwa ujian yang hakiki adalah ujian kehidupan, bukan ujian di sekolah. Dan ini Sunnatullah pada makhlukNya.

Ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal ini. Di antaranya dalam surah Al-Insan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari nutfah yang bercampur, dan Kami maksudkan untuk mengujinya, dan Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan[76]: 2)

Dalam surah Al-Mulk, Allah berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Allah yang menciptakan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS. Al-Mulk[67]: 2)

Kemudian dalam surah Al-‘Ankabut, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ‎﴿٢﴾‏ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ‎﴿٣﴾

“Apakah manusia mengira mereka dibiarkan mengucapkan: ‘Kami beriman,’ kemudian mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah mengetahui siapa yang jujur dan siapa yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 2-3)

Kemudian dalam surah Al-Baqarah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh Kami akan uji kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]: 155)

Jadi ini yang harus kita yakini dan pahami bahwa ujian itu Sunnatullah pada makhlukNya.

Adapun bentuk ujian itu dengan dua hal; dengan kebaikan dan keburukan. Jadi ujian itu jangan dikira bahwa kalau susah itu ujian, adapun kesenangan bukan ujian. Bukan begitu. Sehat ataupun sakit semuanya ujian, lapang ataupun sempit itu ujian, bahagia ataupun sedih juga ujian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“…Dan Kami uji mereka dengan kebaikan-kebaikan dan dengan keburukan-keburukan, mudah-mudahan mereka kembali.” (QS. Al-A’raf[7]: 168)

Maka wajib bagi muslim untuk bersyukur ketika diuji dengan kenikmatan/kemudahan/kekayaan/pangkat/jabatan. Hal ini agar menang, sukses dan selamat. Dan apabila diuji dengan kesusahan, maka wajib bersabar.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52350-kisah-ashabul-jannah/